Sakit sudah menjadi “senjata
ampuh” untuk membuat siapa pun maklum. Sejak masa sekolah misalnya, sakit adalah
yang paling ditoleransi dibanding izin dan
alpa. Pun setelah memasuki masa
kerja, sakit biasanya dimafhumi sebagai term
bahwa seorang karyawan boleh tidak menunaikan kewajibannya. Sakit tidak
akan membuat seorang pelajar ataupun pekerja terkena sanksi.
Karena keampuhannya sebagai
kondisi yang harus dimengerti, tak heran kalau sakit sering kali dijadikan
alasan untuk mangkir. Dieksploitasi dan dimanipulasi sedemikian rupa untuk
menghindari kewajiban: Karena sedang malas dan ogah masuk kerja, dibuatlah alasan sakit oleh karyawan. Karena
tugas kuliah belum selesai padahal harus dipresentasikan hari itu juga, seorang
mahasiswa pura-pura sakit. Dan karena
ingin menghindari penangkapan petugas antirasuah, salah satu politikus
tersangka korupsi tiba-tiba saja (jatuh) sakit. Nah!
Sakit dalam konteks tersebut
sudah keluar dari makna yang semestinya dari perspektif kebahasaan. Pasalnya, menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia,
pengertian sakit adalah berasa tidak nyaman di tubuh atau bagian tubuh karena
menderita sesuatu (demam, sakit perut dan sebagainya). Artinya, sakit adalah
kondisi yang tidak diinginkan karena membuat tubuh tidak nyaman. Bukan
dibuat-buat, dimanipulasi.
Lema sakit dalam Tesaurus Tematis Bahasa
Indonesia pun mendukung hal itu. Sakit berkelindan dengan
perasaan-perasaan yang sering kali menyiksa manusia antara lain, nyeri, pedas,
pedih, perih, merana, rapuh, rentan, kecewa dan putus asa. Belum lagi kalau
sudah dibubuhi imbuhun pe-, sakit
menjadi kata benda yang merujuk ke ragam konsep dalam kesehatan yang bisa
membuat panas dingin dompet dan pikiran; penyakit jantung, penyakit paru-paru,
penyakit kanker, penyakit kelamin, penyakit gula. Memangnya mau menderita sakit
karena semua itu? Tentu tidak bukan!
Jadi sungguh terlalu jika sakit
hanya dijadikan sebuah kepura-puraan untuk lari dari tanggung jawab. Orang yang
seperti ini pasti belum sampai ke tahap bersyukur, kalau anugerah kesehatan
yang kita miliki saat ini adalah kenikmatan tak terkira dari Tuhan Yang Maha
Esa. Sebab, sungguh, setangguh, sekuat, sekaya, setampan, secantik, dan sekeren apa pun seseorang, tidak akan
mau sakit, terkena penyakit, ataupun merasa sakit. Sakit (yang bener!) akan membuat kita tak berdaya. Kalau sukanya pura-pura
sakit, mungkin orangnya sedang mengalami sakit yang lain.
Sumber gambar: kompas.com
Sumber gambar: kompas.com
Posting Komentar