Image: SBS
Keterpukauan saya terhadap Marlina, Si Pembunuh dalam Empat Babak seketika sirna setelah menonton Bedevilled. Film asal Korea yang
diproduksi Sembilan tahun lalu. Anjrit ke mana saja saya selama ini.
Dan bukan bermaksud mendsikreditkan film dalam negeri,
ya. Ini perkara selera belaka. Sebagai seorang yang suka adegan berdarah-darah
dan emotional revenge, film yang berjudul asli "Kim Bok-nam salinsageonui
jeonmal" ini jelas melampaui film yang saya sebutkan di atas.
Di sini saya tak akan mengulas bagaimana jalan ceritanya
secara singkat apalagi panjang lebar. Selain sudah banyak yang mengulasnya (silakan
googling dengan kata kunci “Review Bedevilled"), juga saya merasa tidak punya
kapasitas untuk melakukan itu.
Hanya, saya ingin berbagi kegelisahan dan sedikit
pandangan bahwa Korea, lebih spesifik industri hiburannya yang dalam konteks
ini diwakili oleh film-film bergenre thriller, saya berani mengatakan, adalah
kekuatan baru yang mampu mengimbangi film-film Hollywood. Malah lagi-lagi
menurut pandangan subyektif saya, mampu melampaui film-film dari negeri Paman
Sam.
Terkait alasannya, film-film Korea bergenre thriller tidak
terjebak pada pesan-pesan moralis yang vulgar. Minim ceramah, minim kata-kata mutiara,
karena pesan-pesan itu biasanya ditampilkan lewat adegan-adegan dan simbolisasi
serta percakapan “biasa” tokohnya. Alias tak bertele-tele. Satu lagi, dan ini yang paling penting, adalah
kemampuannya untuk menampilkan ironi yang bikin nyesek dan keringat dingin. Tidak ada belas kasihan untuk penonton. Protagonis, mati, ya mati saja! Seperti Bedevilled ini.
Untuk menyebut judul lain,
bisa dieksplorasi lebih jauh silakan tonton I Saw the Devil (2010), the Chaser
(2009), the Man from Nowhere (2010), Tale of Two Sister (2003), Mother (2009), Old
Boy (2003), Sympathy for Mr Vengeance (2002), Lady Vengeance (2005), the
Wailing (2015), dan Forgotten (2017).
Agaknya, sineas kita harus banyak belajar kepada
perfilman Korea Selatan deh kalau mau buat film thriller berkualitas.
Posting Komentar